Rabu, 03 November 2010

MANUSIA DAN PENDERITAAN


Kehidupan manusia bagai roda yang berputar, kadang diatas kadang di bawah. Kadang kala kesenangan menghampiri kita, tapi kadang penderitaan pun tak henti mengikuti perjalanan hidup kita. Hidup memang tak bisa ditebak, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok? apa yg dilakukan besok? dimana kita berada besok? dan lainnya. Berbagai peristiwa telah kita lalui, banyak pesan yang mungkin kita dapati, tapi tak sedikitpun waktu mendatang bisa kita prediksi. Hari ini mungkin kita bisa tertawa, tapi detik berikutnya bisa jadi kita terluka. Sepandai-pandainya manusia tak pernah tahu apa yang akan terjadi di waktu berikut walau hanya tentang dirinya sendiri.
Belakangan ini penderitaan demi penderitaan datang melanda, jalani hidup bagai disiksa. Rasa khawatir, cemas, takut berlari mengelilingi kepala. Alam kini tak lagi bersahabat, atau benar kata orang bahwa bumi kita sudah tua? Yang pasati ini semua kuasa tuhan, hanya Dia yang tahu makna di balik semua, apa yang terjadi mungkin memang sudah seharusnya terjadi, semua sudah di garisi oleh-Nya.
Gempar belum lama gunung Merapi meletus, memang tak asing sebenarnya, setiap dua atau tiga tahun memang sudah tradisi sang Merapi mengeluarkan lahar panasnya, tak ketinggalan awan panas menyertainya. Yang disayangkan mengapa harus memakan korban? Tak dijadikan pelajarankah kejadian sebelum-sebelumnya? Seharusnya hal-hal bgini tak lagi bisa terjadi, ini konyol namanya. Lebih menggemparkan lagi berita tentang “mbah Maridjan” yang ikut menjadi korban Merapi tersebut. Seorang juru kunci, penjaga gunung Merapi itu sendiri tak bisa menghindar dari amukannya. Begitu parah pengaruh/efek bencana ini, selain jatuhnya banyak korban lahan pun rusak parah. Sawah, sungai, kebun tak berbentuk lagi. Haewan ternak warga ikut pula menjadi korban. yang selamat pun tak luput dari penderitaan, bnyak yg terserang penyakit.
Ini mungkin hanya cobaan, ambil saja makna dibalik ini. Toh, Tuhan tak kan member ujian di luar kemampuan umatnya. Atau juga mungkin ini teguran, karna kita sudah mulai lupakan-Nya. Apa pun yang terjadi manusia hanya bisa pasrah menerimanya dengan ikhlas. lapangkan dada seluas-luasnya, jadikan pelajaran kedepannya agar ini tak terulang lagi.